Showing posts with label Travel Gunung. Show all posts
Showing posts with label Travel Gunung. Show all posts

Saturday, September 10, 2016

KAREUMBI MASIGIT


Kawasan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi, patut dicoba untuk rekreasi sekaligus mengenalkan pelestarian lingkungan kepada keluarga. Ternyata tidak jauh dari daerah temat saya tinggal ad ataman buru yang cocok untuk tempat camping dan rekreasi keluarga. Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi adalah sejak tahun 1976 di tetapkan sebagai hutan dengan fungsi Taman Buru yang merupakan satu-satunya taman Buru se jawa-Bali. Pada tahun 2008, WANADRI dan BBKSDA Jabar bekerjasama untuk mengoptimalisasi pengelolaan kawasan yang lestari.

Untuk anda yang ingin berkemah di Camping ground , anda bisa menyewa lokasi dengan donasi Rp.800.000 /malam. Camping ground dibagi menjadi 3 lokasi. Ground A, ground B, ground C. untuk di lokasi ground A dan B, pengunjung bias memasang listrik dengan dikenakan biaya tambahan Rp.300.000. untuk lokasi ground C tidak bias menggunakan listrik karena lokasinya yang terlalu jauh dan dalam. Di lokasi ini juga menyewakan tenda, apabila anda tidak ingin membawa tenda, di kenakan biaya Rp.80.000/malam dengan kapasitas 4 orang. Sementara itu untuk tenda kapasitas 10 orang di kenakan donasi Rp.175.000/malam.

Pengunjung bisa menyewa Rumah pohon 4 unit dengan donasi Rp. 2.300.000/malam, kelebihannya apabila Anda membooking sekaligus , pengelola dan tamu yang lain tidak boleh masuk tanpa seizin yang sedang menyewa. Untuk lokasi rumah pohon ini, terdapat 4 unit rumah dengan 3 rumah kapasitas 8 orang dan 1 rumah untuk kapasitas 6 orang. Tidak harus menyewa semuanya, jika hanya perlu 1 rumah saja, bias menyewanya satuan. Untuk anda yang ingin menyewa 1 unit rumah pohon juga bisa, rumah pohon dengan kapasitas 8 orang di kenakan biaya sewa Rp.550.000/ malam. Sedangkan untuk kapasitas 6 orang di kenakan biaya sewa Rp.450.000.

Lokasi Kareumbi Masigit ini berada di daerah Cicalengka. jika dari arah Cileunyi, arahkan saja kendaraan ke arah Cicalengka dan terus menuju Curug Cinulang, karena lokasi ini berada setelah lokasi Curug Cinulang dan Bukit Teletabis. 


Tambahan Sumber :

Friday, February 19, 2016

Trip ke Kawah Gunung Galunggung Tasikmalaya

Minggu pagi, saya dan kawan-kawan remaja masjid berencana untuk mengunjungi Gunung Galunggung di Tasikmalaya Jawa Barat. Sekalian makan-makan di tempat tinggal di kampung salah satu dari pengurus DKM hehe. Berangkat dari Cileunyi pukul setengah 8 pagi dan tiba di lokasi pukul 11 siang karena memang agak macet saat memasuki kawasan Tasikmalaya.


Untuk mencapai kawah Galungggung tdk terlalu sulit, dari tepi jalan Bandung-Tasikmalaya tepatnya di kawasan Indihiang belok kanan kearah selatan, menempuh 15km jalan desa yg agak sempit bercabang-cabang tanpa plang penunjuk jalan yg jelas, cukup membingungkan pada awalnya, jadi harus sering bertanya. Juga akan sering berpapasan dgn truk pasir yg kadangkala salah satu kendaraan harus mundur krn di bbrp bagian jalan dan belokan yg sempit


Saat ini Gunung Galunggung dapat didekati dgn aman. Kepundan Galunggung pun saat ini sudah diberi 620 anak tangga yang terlihat tanpa ujung dengan jarak sekitar 200m menuju kawah utama. Sejauh mata memandang terlihat pepohonan berwarna hijau, dengan batangnya yang nampak masih kecil-kecil. Memandang kearah dalam, dpt disaksikan 40 ha danau baru bentukan letusan 1982 berwarna kehijauan. Dari bibir kawah kita bisa melihat kota Tasik membentang.


Air danau dijaga tidak melebihi 1 juta m3 dgn mengalirkan sisanya melalui terowongan pelimpah ke sungai Cibanjaran dan Cikunir di timur kaldera. Air sungai yang cukup hangat, bisa dinikmati di pemandian bernama Cipanas atau sungainya yg berada 3km sebelum kawah tak jauh dari tempat parkir bawah.

Di area objek wisata kawah tersebut juga banyak terdapat warung-warung makan yang menjajakan, masakan, makanan-makanan ringan dan minuman segar. Di tengah-tengah kawah ada sebuah gugusan pulau kecil yang di atasnya terdapat bendera Indonesia Merah Putih yang berkibar dengan gagahnya.


Vandalisme di Gunung Batu Baleendah

Saat tahu bawah di Baleendah ada bukit batu yang tampak asik untuk didatangi, saya langsung tancap gas ke sana. Cuaca sedang terik-teriknya. Panas luar biasa.

Untuk sampai ke tempat ini karena saya datang dari Cileunyi atau yang datang dari arah Bandung, dari Jl. Soekarno Hatta belok kiri di perempatan Buah Batu. Lurus saja ikuti jalan sampai bertemu dengan pertigaan ambil arah dayeuh kolot dan bertemu lagi dengan pertigaan. Ambil belok kiri. Ikuti jalan tersebt dan ambil jalan yang mau ke arah Banjaran. Bertemu lagi dengan pertigaan (banyak ya pertigaannya, tapi sebenarnya tidaklah sulit) menuju Tugu Perjuangan Baleendah, lalu ikuti jalan sebelah kiri. Kurang lebih 500 meter, kamu bisa menemukan Gunung Batu Baleendah ini.

Sampailah kami di gunung ini. ternyata ini tempat penambangan batu. Saat siang hari yang begitu panas, para pekerja tetap saja bekerja membelah batu-batu hingga terpecah menjadi ukuran-ukuran yang diinginkan. Wah, demi sesuap nasi mereka begitu giat membelah batu meski saat terik matahari. Pemandangannya sebetulnya indah, hanya saja waktu itu masih musim kemarau sekitar seminggu setelah Idul Fitri 1436 H, jadi rumput-ruputnya begitu kering.  Hal yang sangat disayangkan juga, adalah coretan-coretan cat semprot yang dilakukan oleh para vandalisme yang tidak bertanggung jawab dan tidak mencintai alamnya.

Meski cuaca panas, kami tidak membuang waktu dengan berteduh. Langsung saja kami ambil spot bagus untuk mengabadikan foto. Masa jauh-jauh datang tapi ga ambil gambar hanya gara-gara cuaca panas. Biar panas tetap eksis. Tempat ini bukan tempat wisata jadi siapapun tidak akan dipungut biaya masuk atau biaya parkir. Meski gratis dan tidak dikelola oleh dinas pariwisata, kita sebagai warga masyarakat yang baik tetap wajib menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan dengan tidak mersak atau menambah coretan di dinding-dinding batu sehingga mengurangi keindahannya.

Wednesday, January 14, 2015

WISATA ALAM GUNUNG TANGKUBAN PARAHU

Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di Provinsi Jawa Barat,Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, Gunung Tangkuban Perahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Nama Tangkuban Parahu diambil dari bahasa Sunda yang berarti “Perahu Terbalik”. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat yang jika dilhat dari kejauhan, memang mirip dengan perahu terbalik. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17 oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.

Gunung Tangkuban Perahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung Tangkuban Perahu merupakan sebuah gunung aktif di Bandung Utara, tepatnya di Cikole, Lembang, atau sekitar 20 km dari pusat kota Bandung. Letusan terakhir gunung ini tercatat pada tahun 2013 namun meski begitu, gunung ini masih relatif aman untuk dikunjungi. Terbukti saat saya dan rekan-rekan berkunjung pada 12 Agustus 2013, kasawan wisata ini sangat ramai pegunjung. Hal ini membuktikan bahwa Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu aman untuk dikunjungi.

Beberapa tanda aktifnya gunung ini adalah adanya gas belerang dan juga sumber air panas yang mengalir di kaki gunung, misalnya di Ciater. Jika berkunjung ke gunung ini, Anda sangat disarankan membawa masker penutup mulut untuk menghindari bau gas belerang yang tajam.

Untuk mencapai Tangkuban Perahu, sangat mudah. Bisa pake mobil, sepeda motor atau angkutan umum degan rute yang mudah dilalui. Wilayah wisata Tangkuban Parahu posisinya ada diutara kota Bandung, tepatnya di Cikole Lembang.

Bagi wisatawan dalam dan luar kota yang ingn berwisata ke Gunung Tangkuban Parahu sangat mudah karena rutenya tidak sulit dan jalannya pun bagus. Untuk pergi ke sana, dari Bandung kota kita mengadakan perjalanan sekitar 7 km ke arah Lembang, sebuah kota susu nan dingin. Ikuti jalan Lembang menuju ke utara atau arah Subang sekitar 7 km lagi. Di Cikole, atau titik puncak pass antara perbatasan Bandung – Subang ada arah ke kekiri menuju Tangkuban Perahu. Disitu ada papan penunjuk arah yang jelas menunjukkan arah tangkuban perahu. Dari titik pertigaan ini, kita akan melalui jalan mendaki dan berkelok sekitar 3-4 km menuju arah puncak dengan memasuki hutan pinus dan perdu. Sepanjang jalan seringkali kita ditemani kabut tipis nan dingin, apalagi di musim hujan, menambah suasana romantis. Saat sudah dekat lokasi, aroma khas blerang pun mulai terasa di hidung, membuat kita tidak sabar untuk segera sampai menikmati pesona alam Tangkuban Rarahu.

Tempat wisata yang satu ini juga seringkali dijadikan lokasi pemotretan untuk foto prewedding, iklan komersil dan juga pengambilan gambar untuk film. tidak sedikit wisatawan asing yang datang dan memberikan kesan positif pada waisata yang berada di tanah Sunda ini. 

Kita juga bias makan-makan di bawah pohon di sekitar area wisata bersama keluarga, membuat suasana demikian indah.



http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tangkuban_Parahu

Sunday, January 11, 2015

PESONA GUNUNG BATU, SISI LAIN PATAHAN LEMBANG


Lembang menjadi satu tempat yang sayang untuk dilewatkan jika wisatawan berkunjung ke kota Bandung. Sudah banyak tempat wisata di Lembang yang dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi tempat tujuan bagi para wisatawan seperti, Gunung Tangkuban Perahu, Observatorium Bosccha, atau hanya sekedar berjalan-jalan dan berfoto di Kebun Teh.

Tetapi keindahan Bandung tidak hanya ada pada di tempat itu saja, jika sedang pergi ke Lembang coba untuk pergi ke Gunung Batu Lembang yang letaknya tidak jauh dari Pasar Lembang. Di Gunung Batu Lembang ini terkenal dengan sunrise dan juga kita bisa melihat keindahan Lembang dan Kota Bandung dari ketinggian 1.228 mdpl. Sesampainya di puncak pemandangan ke semua arah dari puncak gunung ini memang menakjubkan. Ketika melihat ke arah utara tampak Gunung Burangrang (2064 m), Gunung Tangkuban Parahu (2086 m), dan Gunung Putri (1338 m). Saat menatap ke arah timur terlihat Gunung Bukittunggul (2206 m), Gunung Palasari (1856 m). Di kejauhannya ada Gunung Manglayang (1850 m) dan Pangparang (1957 m). Bila memandang ke timur tampak gawir patahan Lembang yang semakin tinggi.


Gunung Batu adalah bagian dari Patahan Lembang yang merupakan salah satu sesar yang menjadi obyek riset LIPI yang merupakan retakan sepanjang 22 kilometer, melintang dari timur ke barat. Berawal di kaki Gunung Manglayang di sebelah timur dan menghilang sebelum kawasan perbukitan kapur Padalarang di bagian barat. Patahan itu tepat di antara Gunung Tangkubanparahu dan dataran Bandung sehingga membentuk dua blok, utara dan selatan.  ”Tembok” itu membentengi pemandangan orang di utara ke arah selatan. Gerakan blok batuan itulah yang mengirim gempa.

Pada tahun 2008 LIPI pernah menggali tanah di Lembang, hasilnya, diketahui jejak gerakan gempa 3.000 tahun terakhir.Selama itu telah terjadi tujuh kali pergerakan besar Sesar Lembang.Rekaman tersebut diketahui dari lapisan tanah bekas sagpond (areal rawa yang tercipta akibat pergerakan patahan). Namun, belum diketahui mekanisme pergerakan Patahan Lembang akibat lambannya laju pergerakan sesar, 2 milimeter-5 milimeter per tahun. ”Periode kegempaan di Patahan Lembang pun terbilang sangat lama, yaitu 400-700 tahun. Jadi tidaklah mengherankan jika tidak ada catatan sejarah yang menunjukkan keaktifan sesar yang membentang Manglayang-Parongpong, Lembang. 

Menurut Brian Atwater, paleoseismolog dari United States Geological Survey (USGS), ancaman bencana Patahan Lembang termasuk kategori kelas dunia karena patahan itu berada di dekat kawasan kota yang sangat padat. Hal yang jarang terjadi di dunia. Di lokasi terlihat, di sekitar patahan itu telah berdiri banyak perumahan dan vila mewah. Kawasan Observatorium Bosscha yang menjadi warisan astronomi dunia juga dilintasi patahan ini. Jika patahan sepanjang 22 km ini bergerak sekaligus, gempa yang dihasilkan bisa mencapai 6,7 skala Richter. 

Di luar ancaman patahan tersebut, ada sisi lain yang bisa dinikmati di Gunung batu ini. Yang membuat gunung ini unik adalah bentuknya yang berbeda dengan gunung lain yang biasanya ditutupi oleh tanah dan banyak pepohonan. Keunikan lainnya jika kamu berada di puncak Gunung Batu ini maka kamu akan bisa melihat pemandangan gunung lain seperti Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Parahu, dan Gunung Putri yang berada di utara dan jika kamu melihat ke arah timur maka kamu akan melihat Gunung Bukittunggul & Gunung Palasari.

Gunung Batu ini terletak di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang. Untuk mencapai lokasi ini kamu bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Jalan raya yang besar dan cukup bagus akan menemani perjalanan kamu. Namun saat sampai di jalan desa jalanan akan sedikit menanjak dan kurang mulus, perlu kehati-hatian dalam berkendara saat memasuki pemukiman warga yang jalannya rusak dan bolong-bolong.

Untuk mencapai lokasi ini bila kamu dari arah Kota Bandung adalah dengan melewati terminal Lembang lalu bertolaklah menuju Jalan Maribaya atau Desa Buni Asih karena Gunung Batu ini terletak tak jauh dari sana. Rute ini lebih enak bagi wisatawan yang datang dari arah Subang.

Bisa juga dari arah Dago, dengan mengkuti jalan IR.H.Djuanda sampai ke pertigaan Dago Giri dan Dago Pakar, ambil jalan yang menuju ke Dago Giri. Pengalaman pertama saya ke puncak Gunung Batu, saya di ajak teman saya untuk melewati rute ini. Jalannya bagus kok hanya terus naik, namanya juga menuju puncak. Sepnajang rute Dago Giri menuju Gunung Batu ada 3 tanjakan yang lumayan menyiksa. Beruntung sekarang kondisi aspal sedang bagus, jadi kendaraan bisa lancar menanjak. Beberapa bulan lalu, tanjakan ini masih banyak lobang, jadi agak ngeri misal kendaraan mengerem di tanjakan karena harus bergiliran masuk dengan yang lawan arah. Namun kalian tidak perlu khawatir, ini adalah tanjakan terakhir, beberapa saat lagi akan sampai di Jalan Buniwangi, yang artinya sudah dekat dengan Gunung Batu. Oiya, jika bingung, saat melalui tanjakan ini kalian tinggal lihat sebelah kiri sudah tampak punggung dari Gunung Batu nya.

Setelah melewati tempat yang bernama Keboen Jeroek, akan menemui jalan turunan yang sedikit berbelok kekanan, dari sana akan ada jalan cabang ke arah kiri yang harus menikung patah karena persatuan jalannya berbentuk “Y”. Ambil jalan yang ke kiri, dan jalan ini bernama Jalan Buniwangi. Sekitar 200 meter lagi akan sampai di kaki Gunung Batu.

Setelah mencapai di lokasi dari kaki Gunung Batu ini maka yang harus dilakukan adalah dengan cara hiking dan menanjak sekitar 100 meter menuju puncak. Gunung batu atau Patahan lembang tidak terlalu tinggi, tingginya hanya bekisar 1300 mdpl, pendakian dari jalan Buniwangi menuju puncaknya hanya butuh waktu sekitar 10-15 menit saja. Sesampainya di kaki gunung, saya agak kebingungan karena tidak ada lahan parkir khusus. Teman saya sarankan untuk terus menaikkan motor saya sampai ke pertengahan bukit.


Sumber :
http://news.viva.co.id/news/read/259602-pakar-gempa-kuak-misteri-patahan-lembang 
https://novajourney.wordpress.com/2015/01/05/bersepeda-ke-gunung-batu-patahan-lembang/